Sabtu, 08 Januari 2011

Metodologi Pembelajaran dalam QS. Al-Alaq 1-5


KAJIAN AL-QUR’AN
SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5
TENTANG  METODOLOGI PEMBELAJARA
Oleh : Ustadz Jaswo

A.     Prinsip-prinsip pembelajaran dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 1-5
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam Al-Qur'an Surat Al-'Alaq Ayat 1 – 5 adalah :
1.   Ikhlas
Prinsip ikhlas dapat terlihat dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1. Tuhan memerintahkan membaca atas nama Allah.
2.   Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit dalam Surat Al-'Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang kongkret tentang kapan seseorang harus memulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia perlu belajar sampai ajalnya tiba.
  1. Efektivitas Pendidikan
Di dalam Surat Al-'Alaq, Tuhan menginformasikan asal kejadian manusia dari 'alaq dan setelah diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan. [1]
4.   Pengulangan
Di dalam surat Al-'Alaq Ayat 1 – 5 terdapat lafadl اقرأ (Bacalah) lebih dari satu kali. Di sini mengandung prinsip, bahwa diantara prinsip pembelajaran adalah dengan menggunakan pengulangan. Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tesebut makin mudah diingat. Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi makin segar dalam pikiran siswa, sehingga makin mudah direproduksi.[2]

B.     Jenis-jenis metode pembelajaran dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 1-5
Jenis-jenis metode yang dapat diambil dari Surat Al-Alaq Ayat 1-5 adalah :
1.   Pembiasaan dan pengamalan
Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an. Latihan dan ulangan yang merupakan metode praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk di dalam metode ini. Di dalam Surat Al-'Alaq metode ini disebut secara implisit, yakni cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5). Jibril menyuruh Nabi mengucapkan kata اقرأ (bacalah) dan Nabi menjawab ما أنا بقارئ (Saya tidak bisa membaca), lalu Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal ini terulang sampai tiga kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan Jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya.
Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu, walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. Oleh karena itu pembiasaan harus mengarah kepada kebiasaan yang baik.[3]
Perintah membaca dalam Surat Al-'Alaq  ayat 1-5, yang diulang sampai dua kali, yaitu pada ayat pertama dan ketiga dapat memberikan indikasi bahwa metode pembiasaan dalam pendidikan sangat diperlukan dalam pembelajaran pendidikan Islam.
2.   Metode Mauidzah.
Metode Mauidzah adalah pemberitahuan seseorang tentang sesuatu yang baik agar dia dapat melakukannya dan yang jahat agar dia tidak melakukannya. Termasuk mau'idzah adalah nasihat, peringatan, teguran perintah. Dengan ungkapan lain, mau'idzah dapat disebut juga al-amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar. Mau'idzah atau al-amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar merupakan salah satu metode yang dianjurkan oleh Allah.
Dalam Surat Al-'Alaq  ayat 1-5 ini merupakan ayat yang memerintahkan pada ilmu pengetahuan kepada manusia dengan cara memberi nasehat berupa perintah untuk membaca.

C.     Unsur-unsur pendidikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 1-5
Unsur-unsur pendidikan yang ada dalam Surat Al-'Alaq ayat 1 – 5 adalah :
1)   Pendidik
Pendidikan ialah orang yang mendidik yang melaksanakan tugas mendidik atau orang yang memebrikan pendidikan dan pengajaran, baik secara formal maupun non formal. Dalam ayat 4 Surat Al-'Alaq dijelaskan bahwa Dia (Allah) yang mengajar menulis dengan mengunakan qalam. Pada ayat ini Tuhan belum menjelaskan siapa yang diajari-Nya. Pada ayat 5 Dia menjelaskan bahwa yang diajarinya adalah manusia.
Disini terlihat jelas bahwa pendidik pertama dan utama adalah Allah SWT. Allah lah yang megajari manusia sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, mereka terangkat dari kegelapan dan kebodohan kepada cahaya pengetahuan yang terang benderang.[4]
Ayat 4 dan 5 dari Surat Al-'Alaq ini mengisyaratkan bahwa Allah adalah pendidik atau pengajar pertama dan utama. Allah bukan hanya pendidik manusia tetapi pendidik seluruh alam. Oleh karena itu, Dia dijuluki rahmatan lil'alamiin.
Kalau Allah sebagai pendidik sejati, maka manusia bertugas sebagai pelaksana mewakili Tuhan. Jadi, boleh dikatakan Allah mendelegasikan sebagian tugas mengajar dan mendidik hamba-Nya kepada para pendidik yang mula-mula di dilakukan oleh   para Rasul, kemudian dilanjutkan oleh para pengikutnya, ulama', guru dan seterusnya.
2)   Peserta Didik
Dalam Surat Al-'Alaq terdapat unsur peserta didik, yang dinyatakan secara eksplisit lafal الإٍنْسَانُ di dalam ayat ke-5. Penyebutan lafal الإٍنْسَانُ secara tegas berfungsi sebagai obyek dari pembelajaran memberikan indikasi bahwa peserta didik harus jelas dan nyata. Dengan begitu, proses belajar-mengajar akan dapat terlaksana dengan baik dan efisien, sebaliknya jika peserta didiknya tidak jelas, maka proses belajar-mengajar akan terganggu dan sukar sekali mendapatkan hasil yang diharapkan.
Kata  الإٍنْسَانُ yang berperan sebagai peserta didik di dalam ayat itu mencakup makna yang amat luas. Artinya, peserta didik yang ingin diajar atau dididik oleh Al-Qur'an tidak tertuju pada suatu kelompok tertentu, tetapi umum, kepada siapa saja yang berpredikat manusia, tidak peduli kaum konglomerat atau melarat, pejabat tinggi atau pegawai rendah, dan para ningrat atau orang biasa. Tidak ada pula perbedaan dari segi umur, tua, muda dan sebagainya. Al-Qur'an tidak membedakan peserta didik dari sudut ras, keturunan, kekayaan atau umur.[5]
Pembelajaran yang dimaksud dalam Surat Al-'Alaq adalah pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang membutuhkan penalaran dan pemikiran rasional karena akan digunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu, hanya manusia yang disebut Allah sebagai peserta didik di dalam ayat ini, bukan makhluk lain.
3)   Tujuan Pembelajaran
Perlu penulis jelaskan terlebih dahulu, bahwa yang dimaksud dengan tujuan di sini ialah tujuan akhir dari semua aktivitas pembelajaran, bukan target dari pengajaran suatu materi kurikulum. Target semacam itu tidak perlu ditegaskan di dalam Al-Qur'an, tetapi cukup diatur oleh manusia sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.
Telah diungkapkan pada bagian terdahulu, bahwa perintah membaca pada ayat pertama Surat Al-'Alaq ini langsung diikuti dengan menyebut nama Allat SWT, bukan nama yang lain. Pola susunan seperti ini memberikan isyarat bahwa tujuan belajar (menuntut ilmu pengetahuan) itu hanya semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah SWT, bukan yang lain. Semua pekerjaan yang dimulai dengan niat ikhlas dan hanya mengharapkan ridha Allah semata merupakan ibadah yang tak ternilai harganya. Jika demikian, maka tujuan pembelajaran yang dicanangkan dalam ayat ini adalah beribadah, yaitu mengabdikan jiwa raga semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran di sini adalah menyiapkan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Apa pun materi yang diajarkan dan cara apapun yang ditempuh untuk mengajarkannya, tujuannya hanya satu, yaitu untuk mengharapkan ridha Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
4)   Materi Pembelajaran
Materi-materi pembelajaran yang terkandung dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1-5 adalah :
a. Membaca, sebagai materi pertama yang disebutkan dalam Surat Al-'Alaq. Meskipun surat ini tidak menegaskan urutan materi pendidikan, namun dengan dicantumkannya "membaca" pada urutan pertama tergambar bahwa materi tersebut harus pertama kali diberikan kepada peserta didik sebelum mengajrkan yang lainnya.
b.   Menulis, sebagai pelajaran yang tidak kurang pentingnya dari membaca. Hal ini ditegaskan dalam ayat ke-4 dari Surat Al-'Alaq, bahwa Allah mengajar menulis kepada manusia dengan menggunakan qalam, yaitu alat tulis yang pertama kali dikenal dalam dunia pendidikan. Menulis merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Setelah ditulis, pengetahuan tersebut dapat diwarisi oleh generasi berikutnya sehingga generasi selanjutnya dapat meneruskan dan mengembangkan lebih jauh ilmu-ilmu yang telah dirintis oleh generasi sebelumnya. Jadi, membaca dan menulis merupakan dua hal yang sangat urgen dalam pendidikan guna memperoleh ilmu pengetahuan dan memajukan peradaban umat manusia di muka bumi ini.
c.   Biologi, sebagai materi ketiga yang diungkapkan dalam wahyu yang pertama turun, yaitu tentang penciptaan manusia secara fisik yang bermula dari al-'alaq. Ilmu yang mempelajari manusia dari sudut fisiknya disebut dengan ilmu biologi. Walaupun Surat Al-'Alaq tidak menyebut secara eksplisit istilah pendidikan biologi, tidak salah jika penafsiran ayat itu dilihat dari sudut pendidikan biologi. Dengan perkataan lain, wahyu yang pertama ini mengajak umat manusia agar merenungkan sejenak asal-usul kejadian mereka dari sudut biologis agar mereka mau menyadari kondisi dan hakikat diri mereka yang sebenarnya.
5)   Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang terkandung di dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1-5 terdapat dua metode, sebagaimana penulis jelaskan pada bahasan sebelumnya, yaitu metode (1) pembiasaan dan pengamalan dan (2) metode mau'idzah.
6)   Alat Pembelajaran
Pena merupakan sarana untuk memperoleh dan mewarisi ilmu pengatahuan. Dengan pena, ilmu pengetahuan akan ditulis lalu dibaca oleh generasi sekarang dan yang akan datang sehingga informasi tersebut menjadi berkembang dan dapat dikembangkan oleh generasi selanjutnya.

D.     Relevansi metodologi pembelajaran dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq Ayat 1-5 dengan metodologi pembelajaran Pendidikan Islam.
Metodologi pembelajaran pendidikan Islam mempunyai tugas dan fungsi memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam. Pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup proses kependidikan yang berada dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk tujuan pendidikan Islam.
Metodologi pembelajaran pendidikan Islam dalam penerapannya banyak yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan Islam seharusnya berpedoman pada metodologi yang telah digariskan oleh Al-Qur'an dan Hadits.
Diantara metodologi yang ada di dalam Al-Qur'an adalah metode pembiasaan dan pengamalan serta metode mau'idzah yang terdapat dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1-5. Kedua metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan Islam.
Para psikolog telah banyak membicarakan tentang teori belajar, antara lain sebagaimana yang telah dikemukakan oleh ahli skolastik, bahwa belajar adalah mengulang-ulang bahan yang akan dipelajari. Golongan kontra reformasi mengemukakan bahwa pokok atau induk belajar ialah "mengulangi". Ahli psikologi daya yang meninjau daya-daya yang dimiliki oleh jiwa mengatakan bahwa melatih jiwa sama dengan melatih jasmani, yaitu dengan melakukannya secara berulang-ulang.[6] Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa, belajar adalah pengulangan.
Jadi, metode pembiasaan dan pengamalan merupakan metode yang amat penting dan sangat relevan dengan kondisi psikologis manusia, dan sangat relevan dalam pembelajaran pendidikan Islam sampai kapanpun.
Sedangkan metode mau'idzah yang terdapat dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1-5 juga merupakan suatu metode yang amat penting dalam pembelajaran pendidikan Islam, sehingga metode ini diturunkan pada periode awal dari urutan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an. Selain itu, mauidzah tidak hanya ditujukan kepada umatnya saja, tetapi Nabi pun diberi mau'idzah meskipun beliau sudah jelas tunduk dan patuh terhadap perintah Allah.
Dengan demikian, kedua metode yang tercantum dalam Surat Al-'Alaq Ayat 1-5, yaitu metode  pembiasaan dan pengamalan serta metode mau'idzah tetap sangat relevan untuk digunakan dalam pembelajaran pendidikan Islam.


[1] Erwati Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Solo, PT. Tiga Serangkai, 2003, hlm. 29.
[2] Max Darsono, dkk, Belajar dan Pembelajaran, Semarang, IKIP Press, 2000, hlm. 28.
[3] Lift Anis Ma'shumah, Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Anak, dalam Isma'il SM, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 224.
[4] Muhammad Ali Ash-Shobuniy, Shofwatut Tafasir Jilid 3, Bairut, Daarul Qur'anil Karim, tt, hlm. 582.

[5] Erwati Aziz, Op cit, hlm. 57.
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995, hlm.264.

2 komentar:

  1. terimakasih pak ustadz jaswo...artikel ini sangat bermanfaat sekali dalam menjalankan tugas skripsi saya

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum Wr. Wb
    Utuk @siti Di arab saudi
    Semua yang berbau pesugihan itu haram hukumnya
    Yg tidak memakai tumbal saja haram apalagi yang memakai tumbal
    Entah itu dari dukun atau ust sekalipun
    Saya yakin 100% bahwa bila benar benar ust tidak akan menyarankan pesugihan apalagi memakai tumbal
    Saya kira semua ust tau bahwa meminta pertolongan kepada makhluk kecuali ALLAH itu dosa "syirik" entah itu dari bangsa jin atau manusia
    Saya mohon maaf bila ada kata kata yg salah sekian terima kasih
    Wassalamualaikum Wr. Wb

    BalasHapus