Akuntabilitas Pendidikan
1- الحديث 8
أثر العلم فى النفوس و اختلافه باختلافها
HADITS 8
Pengaruh Ilmu Dalam Jiwa
Dan Perbedaannya Oleh Perbedaan Jiwa
عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : "مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الغَيْثِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ, فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَ الْعَشْبَ الْكَثِيْرَ, وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ – وَفِى رِوَايَةٍ إِخَاذَاتٌ – أَمْسَكَتِ الْمَاءَ, فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ, فَشَرِبُوْا وَسَقَوْا وَزَرَعَوْا - وَفِى رِوَايَةٍ وَرَعَوْا - وَ أَصَابَ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى, إِنََمَا هِيَ قِيْعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً, فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِى دِيْنِ اللهِ, وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ, فَعَلِمَهُ وَعَلَّمَهُ, وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا, وَلَمْ يقْبَلْ هُدَى اللهِ الّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ" رواه البخاري ومسلم والنسأئى.
I. Terjemah :
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ariy ra. dari Rasulullah SAW. telah bersabda : “Perumpamaan Allah SWT. mengutus saya dengan membawa petunjuk dan ilmu adalah bagaikan hujan deras yang menyirami bumi, kemudian diantara bumi itu ada yang subur yang bisa menyerap air, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Dan ada yang tandus –didalam satu riwayat dikatakan tanah yang padat- yang tidak bisa menyerap air. Kemudian Allah menjadikan air hujan itu bermanfaat bagi manusia untuk minum, menyiram tanaman dan bercocok tanam –di dalam satu riwayat dikatakan untuk mengembala-. Dan juga menyirami bagian bumi yang lain, yaitu lembah yang tidak menahan air (dapat menyerap air) tetapi tidak dapat menumbuhkan rumput. Yang seperti itu adalah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan bermanfaat baginya terutusnya saya (ajaran saya), kemudian ia mengerti dan mengajarkannya kepada orang lain. Dan perumpamaan orang yang tidak memperhatikan dan tidak menerima petunjuk Allah yang telah saya bawa”. (HR. Bukhori, Muslim dan An-Nasa’i).
II. Syarah :
Hadits tersebut di atas dapat saya jelaskan sebagai berikut : Bahwa Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW. dengan membawa Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia untuk menuju jalan yang benar dan kebaikan, dan sebagai petunjuk, ilmu dan penerang terhadap berbagai kenyataan dan hukum-hukum. Namun manusia tidak menerima semuanya atas petunjuk yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, tetapi mereka mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadapnya dikarenakan perbedaan jiwa dan dan perbedaan kesiapan mereka. Dari perbedaan tersebut terdapat 3 (tiga kelompok/golongan), yaitu :
1. Golongan pertama ialah golongan orang yang suci dan jernih jiwanya, yang tidak ternoda oleh dosa-dosa. Golongan ini ketika mendengar wahyu disampaikan, akan bersungguh-sungguh memperhatikan, berusaha memahami, merenungkan dan menghafalkannya. Sehingga wahyu tersebut tertanam di dalam jiwa dan hatinya yang suci, kemudian diamalkan dan disebarluaskan kepada orang lain. Golongan ini oleh Nabi diumpamakan seperti bumi yang subur, ketika tersiram air hujan dapat menyerap air dan kemudian menumbuhkan berbagai tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak, yang dapat dimakan oleh binatang dan dimanfaatkan oleh manusia. Bahkan dapat menumbuhkan berbagai jenis makanan, buah-buahan dan sebagai harta yang bermanfaat bagi manusia.
2. Golongan kedua ialah golongan orang-orang yang tidak suci dan rusak jiwanya, serta mati perasaannya. Golongan ini ketika mendengar wahyu disampakan akan berpaling dan tidak mau mendengarkan dengan sombong seolah-olah telinga mereka tertutup, sehingga mereka tidak mau menerima petunjuk. Golongan ini oleh Nabi diumpamakan seperti bumi yang tandus yang tidak bisa menyerap air dan tidak bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput, apalagi buah-buahan. Air yang mengalirinya tidak bermanfaat sama sekali baginya, sehingga dimanfaatkan oleh binatang dan manusia untuk minum atau diserap oleh bagian bumi yang lain yang subur.
3. Golongan ketiga adalah golongan konvergensi, yaitu golongan tengah-tengah diantara dua kelompok pertama dan kedua. Golongan ini adalah golongan orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, mengangan-angan dan memahaminya, serta mengetahui hukum-hukum yang diterangkan oleh Al-Qur’an, mengetahui halal dan haram, namun mereka sendiri tidak mengamalkan, tetapi mengajak dan mengajarkan kepada orang lain. Golongan ini diumpamakan seperti bumi yang tandus yang tidak bisa menyerap air, lalu airnya diminum oleh manusia dan binatang dan diserap oleh bumi yang subur lainnya yang dapat menumbuhkan biji dengan baik sampai berbuah dan di makan oleh manusia dan binatang, maka bumi yang tandus tadi bermanfaat tetapi tidak dapat mengambil manfaat.
III. Inspirasi Pendidikan :
Inspirasi pendidikan yang bisa diambil dari Hadits tersebut adalah :
1. Kelompok murid dalam belajar mempunyai perbedaan dalam menerima pelajaran, ada yang lebih cepat memahami, ada yang sedang dan ada yang lambat dalam pemahaman, sebab mereka mempunyai perbedaan kejiwaan.
2. Hasil belajar yang diperoleh murid akan mengalami perbedaan karena perbedaan jiwa, lingkungan, dan kemauan.
3. Lingkungan sangat menentukan dalam keberhasilan pendidikan, Lingkungan yang baik akan menghasilkan pendidikan yang baik dan lingkungan yang buruk akan menghasilkan pendidikan yang buruk pula[1].
4. Mengingat perbedaan yang ada pada murid, maka guru harus mengajarkan materi pelajaran kepada murid dengan memperhatikan perkembangan jiwanya dan memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan.[2]
2- الحديث 51
فى حسن الخلق
HADITS 51
Akhlak Mulia
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُوْلُ : "إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ أَخْلاَقًا" وفى رواية : "إِنَّ مِنْ خَيْرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا" رواه البخاري.
I. Terjemah :
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ra., bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda : “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah yang terbaik budi pekertinya” di dalam sebuah riwayat dikatakan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang terbaik budi pekertinya” (HR. Bukhori).
II. Syarah :
Menurut Hadits tersebut, Rasulullah SAW. menjelaskan, bahwa orang Islam yang paling baik adalah orang Islam yang baik akhlak (budi pekerti)nya dan terpuji sifatnya. Adapun orang yang buruk akhlak (budi pekerti)nya dan jelek sifatnya adalah orang yang jelek, meskipun mereka mendirikan shalat, berpuasa dan berhaji karena shalat mereka tidak dilakukan dengan khusyu’, puasa dan haji mereke dilakukan dengan riya’. Seandainya mereka ikhlas maka tidak bisa menjaga kemuliaan budi pekerti.
III. Inspirasi Pendidikan :
Dalam hadist tersebut dapat diambil inspirasi pendidikan sebabagi berikut :
1. Orang yang baik bukanlah orang yang berpendidikan, tetapi orang yang baik adalah orang yang berbudi pekerti mulia. Maka seharusnya pendidikan mengutamakan aspek budi pekerti (akhlak).
2. Dalam pembelajaran hendaknya mengarahkan kepada anak didik agar menjadi insan kamil, yaitu manusia yang memiliki kualitas iman ilmu, iman yang baik, serta akhlak mulia sehingga keberadaannya sesalu dibutuhkan oleh umat lain.[3] Dan yang lebih utama agar mereka tidak menjadi sampah masyarakat.
3. Guru hendaknya menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya dalam menanamkan akhlak yang mulia. Karena ada pepatah ”Guru kencing berdiri murid kencing berlari”[4]
DAFTAR PUSTAKA
- Jaswo, Kedisiplinan Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa, Makalah disampaikan dalam Diskusi Guru MMF, Tgl. 10 Juni 2005.
- Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-3, 1990.
- Tim Pengembangan MKDH IKIP Semarang, Psikologi Perkembangan, Semarang, IKIP Press, 1990
- Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta, Oustaka Pelajar, 1996.
[1] Tim Pengembangan MKDH IKIP Semarang, Psikologi Perkembangan, Semarang, IKIP Press, 1990, hlm.11.
[2] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-3, 1990, hlm.3.
[4] Jaswo, Kedisiplinan Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa, Makalah disampaikan dalam Diskusi Guru MMF, Tgl. 10 Juni 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar