GURU CONTOH DALAM KEDISIPLINAN BAGI MURID
Oleh : Ustad Jaswo
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antar guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.[1]
Setiap sekolah memerlukan beberapa orang guru, sehingga masing-masing anak didik akan mendapat pendidikan dan pembinaan dari beberapa orang guru yang mempunyai kepribadian dan mentalnya masing-masing. Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap anak didik. Pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi secara tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan kepribadian guru. Bahkan dapat dikatakan bahwa kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia kanak-kanak dan masa meningkat remaja, yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah, karena anak didik pada tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan.
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang performance guru mereka. Kepribadian guru seperti memberi perhatian, hangat dan suportif (memberi semangat) diyakini bisa memberi motivasi yang pada gilirannya meningkatkan prestasi siswa. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara signifikan. Guru juga perlu membangun citra yang positif tentang dirinya jika ingin agar siswanya memberi respon dan bisa diajak kerja sama dalam proses belajar mengajar.[2]
Ki Hajar Dewantara, seorang pakar pendidikan Indonesia mempunyai sebuah konsep, yang berasal dari Bahasa Jawa, yaitu : Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani[3]. Yang artinya : Seorang guru harus menjadi teladan bagi muridnya. Seorang guru harus mendorong kemauan atau kehendak murid, dan membangkitkan hasrat murid untuk berinsiatif dan bertindak. Seorang guru harus mendorong, memotivasi atau membangkitkan semangat. Jadi seorang guru diharapkan dapat melihat, menemukan dan memahami bakat atau potensi-potensi apa yang timbul dan terlihat pada murid untuk selanjutnya dapat dikembangkan dengan memberikan motivasi atau dorongan ke arah pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi-potensi tersebut.
Dengan demikian, jelas bahwa diantara faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah keteladanan guru. Perbuatan dan tindakan kerap kali besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata. Dari sini jelas, bahwa diantara beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah faktor kedisiplinan guru sebagai orang yang "digugu dan ditiru" serta sebagai suri tauladan siswa. Hal ini sesuai metode keteladanan yang telah diterapkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah dalam mendidik ummat, sebagaimana fiman Allah dalam Surat Al-Ahzab Ayat 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ وَاليَوْمَ الأخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْراً (الأحزاب, ۲۱ )
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab ; 21)[4]
Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk megikuti dan menaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya pada masa depannya. Disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladani. Karena itu, perubahan perilaku seseorang termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal atau otodidak. Orang yang disiplin selalu membuka diri untuk mempelajari banyak hal. Sebaliknya, orang yang terbuka untuk belajar selalu membuka diri untuk belajar berdisiplin dan mendisiplinkan dirinya.[5]
Di dalam pendidikan, sekolah-sekolah masih perlu meningkatkan kedisiplinan. Terutama guru-gurunya sebagai salah satu faktor penentu dalam tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan sekolah akan dapat dicapai jika semua guru yang mengajar di sekolah tersebut mempunyai kepribadian yang sejalan dengan tujuan sekolah itu. Dengan disiplin yang baik, akan berdampak baik pula bagi perubahan perilaku dan prestasi siswa. Apabila disiplin sekolahnya baik, motivasi siswa akan mempengaruhi perubahan perilaku dan prestasi siswa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, setiap guru hendaknya mempunyai kedisiplinan yang akan dicontoh dan diteladani oleh anak didik, baik secara sengaja maupun tidak, khususnya dalam hal kedisiplinan.
[1] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 4
[2] Jamaluddin, Pembelajaran Yang Efektif, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 2001), h. 36.
[3] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 63.
[4] RHA. Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta; PT. Intermasa, 1985), h. 670.
[5] Tulus Tu'u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta; PT. Grasindo, 2004), h. 8.
BETULAN NGGAK PAK USTADZ
BalasHapus